>

Monday, June 17, 2013

Sebelum Tersirat, Seseorang Bisa 'Rasakan' Senyuman Tulus Orang Lain

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Hati siapa yang tak gembira jika mendapat senyuman yang tulus dari orang lain, apalagi dari orang yang disayangi atau dicintai. Bahkan menurut sebuah studi baru, sebelum tersirat di wajah, senyuman tulus dari seseorang sudah bisa Anda 'rasakan' dan antisipasi.

Namun 'sinyal' serupa takkan pernah dirasakan dari senyuman yang dipaksakan atau senyum yang bersifat sopan. Atau dengan kata lain, untuk kedua jenis senyum ini, setiap orang hanya bisa mendeteksinya jika senyuman tersebut sudah terlihat atau tersirat di wajah orang lain.

Menurut tim peneliti dari Bangor University, UK, studi ini merefleksikan keunikan nilai sosial dari apa yang disebut dengan 'senyum yang tulus dari hati'.

Hal ini juga telah dibuktikan peneliti ketika memperhatikan beberapa pasang partisipan yang baru saja mengenal satu sama lain. Ternyata para partisipan ini tak hanya saling bertukar senyuman, tapi mereka juga hampir selalu dapat menebak apakah antara satu sama lain bertukar senyum yang tulus atau sekedar senyum sopan.

Partisipan memberikan respons yang lebih cepat kepada partner yang menunjukkan senyum tulus ketimbang ketika partner melempar senyum sopan mereka. Artinya para partisipan telah mengantisipasi senyuman tulus dari partnernya itu sejak awal.

Kemudian dari data sensor elektronik yang ada pada wajah partisipan terungkap bahwa ketika partisipan mengharapkan munculnya senyuman tulus dari partnernya, maka mereka bersiap membuat senyuman yang melibatkan otot-otot matanya, tapi peneliti tak melihat aktivitas apapun di seputar otot-otot mata partisipan ketika mereka menantikan senyum yang sopan di wajah partnernya.

"Perbedaan respons tersebut menunjukkan bahwa senyuman yang tulus merupakan bentuk penghargaan sosial yang sangat berharga. Dan temuan ini memberi petunjuk bahwa proses dasar yang menuntun kita untuk memberikan respons tertentu sebagai bentuk penghargaan terhadap orang lain (yaitu tersenyum) tampaknya juga memainkan peranan penting dalam membimbing perilaku sosial saat berinteraksi dengan orang lain," terang peneliti Dr. Erin Heerey.

Heerey pun menambahkan studi ini dapat membantu orang-orang yang kesulitan melakukan interaksi sosial.

"Seiring dengan kemajuan pemahaman kita terhadap perkembangan interaksi sosial, tampaknya temuan ini juga dapat membantu membuat intervensi bagi orang-orang yang kesulitan berinteraksi secara sosial, seperti penderita kecemasan sosial, autisme atau schizophrenia," tutupnya seperti dilansir Telegraph, Senin (17/6/2013).

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science.


(vit/vit)

17 Jun, 2013


-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2d6107cb/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C170C1230A170C22754250C7630Csebelum0Etersirat0Eseseorang0Ebisa0Erasakan0Esenyuman0Etulus0Eorang0Elain/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. Berita Kesehatan Terkini - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz