>

Friday, June 21, 2013

WHO: Wanita Paling Sering Alami Tindak Kekerasan dari Pasangan Sendiri

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Karena dianggap sebagai second sex, wanita rentan mengalami berbagai tindakan kekerasan dan pelecehan. Tak heran, setelah melakukan review global pertama terkait kasus kekerasan terhadap wanita, WHO dapat menyimpulkan bahwa sepertiga wanita di dunia pasti pernah mengalami kekerasan fisik maupun seksual dari pasangan atau mantan pasangannya.

WHO merilis laporan tentang tindak kekerasan yang dialami wanita dan dilakukan oleh pasangan maupun non-pasangan ini bersama London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) dan South African Medical Research Council (SAMRC).

PBB memperkirakan lebih dari 600 juta wanita di dunia hidup di negara-negara yang menganggap KDRT bukanlah kejahatan atau tindak kriminal. Namun secara keseluruhan, WHO menemukan bahwa 30 persen wanita mengalami kekerasan rumah tangga atau kekerasan seksual yang dilakukan pasangannya sendiri. Laporan tersebut didasarkan pada sejumlah studi yang dilakukan antara tahun 1983-2010 di 86 negara dengan fokus pada wanita dan remaja berusia 15 tahun ke atas.

Sedangkan untuk kasus kekerasan seksual yang dilakukan non-pasangan, WHO mengamati 56 negara yang dianggap paling banyak melaporkan kejadian semacam ini, meski peneliti tidak memperoleh data pasti dari kawasan Timur Tengah. Kemudian para pakar dari WHO menggunakan teknik modeling agar dapat membuat perkiraan global tentang persentase wanita yang menjadi korban kekerasan.

Hasilnya, tingkat KDRT pada wanita tertinggi terjadi di Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara. Di kawasan-kawasan tersebut 37 persen wanitanya pernah mengalami kekerasan fisik maupun kekerasan seksual dari pasangannya. Diikuti dengan Amerika Latin sebesar 30 persen dan Amerika Utara 23 persen. Yang terendah di Eropa dan Asia yaitu sebesar 25 persen.

Beberapa temuan kunci lainnya antara lain:
- 38 persen wanita dibunuh oleh pasangannya sendiri.
- 42 persen wanita mengalami tindak pelecehan secara fisik maupun seksual hingga menimbulkan cedera tertentu.
- Korban dari kekerasan yang dilakukan bukan pasangan 2,6 kali lebih besar kecenderungannya untuk mengalami depresi dan kegelisahan dibandingkan wanita yang tidak mengalami kekerasan apapun.
- Korban kekerasan yang dilakukan pasangannya sendiri dua kali lebih besar kecenderungannya untuk mengalami depresi dan kegelisahan dibandingkan wanita yang tidak mengalami kekerasan apapun.
- Korban kekerasan juga lebih cenderung menyalahgunakan alkohol, melakukan aborsi dan terserang penyakit menular seksual maupun HIV.

Bahkan kepala WHO, Dr. Margaret Chan mengatakan bahwa kekerasan terhadap wanita merupakan 'masalah kesehatan global dengan proporsi epidemik'. Apalagi diketahui bahwa tindak kekerasan fisik maupun seksual semacam ini ternyata menjadi kontributor utama dari kondisi depresi dan masalah kesehatan lain yang terjadi pada wanita.

Sepakat dengan hal itu, "Data baru ini menunjukkan bahwa tindak kekerasan terhadap wanita itu ternyata sangatlah sering terjadi. Untuk itu, kita perlu segera melakukan upaya intervensi dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan wanita secara global akibat kondisi ini," kata salah satu peneliti, Prof Charlotte Watts dari LSHTM seperti dilansir BBC, Jumat (21/6/2013).

Untuk itulah para pakar juga sepakat jika screening untuk korban KDRT perlu ditambahkan dalam fasilitas kesehatan publik, di semua level, misalnya di klinik obstetri atau kandungan. Sebab review ini menemukan bahwa dalam diri sebagian besar wanita korban kekerasan muncul 'ketakutan akan stigma' dari masyarakat, sehingga mereka enggan melaporkan tindak kekerasan fisik maupun seksual yang mereka alami.

"Hampir mustahil ada seseorang yang tiba-tiba masuk ke UGD dan mengaku baru saja mengalami penganiayaan," ungkap Sheila Sprague dari McMaster University, Kanada yang meneliti KDRT pada wanita di klinik ortopedi. Sheila tidak terkait dengan review WHO ini.

"Tapi jika seorang wanita kerapkali datang ke klinik patah tulang atau klinik pre-natal dan Anda bertanya ada apa dengannya maka lama-lama mereka akan mengakui jika mereka mendapatkan cedera tersebut, misalnya, setelah mengalami pelecehan atau tindak kekerasan," tambahnya.


(vit/vit)

21 Jun, 2013


-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2d9b9151/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C210C180A0A290C2280A5690C7630Cwho0Ewanita0Epaling0Esering0Ealami0Etindak0Ekekerasan0Edari0Epasangan0Esendiri/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. Berita Kesehatan Terkini - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz